Mutu Pendidikan, Benarkah jauh dari harapan?

Mutu. Sebuah kata yang sangat familiar. individu, kelompok atau organisasi sekalipun, mutu menjadi sebuah cita-cita besar. Bermutu selalu dipadankan dengan berkualitas. Mutu diterjemahkan sebagai sebuah kadar atau tingkatan baik buruknya sesuatu.

Dunia pendidikan juga tidak lepas dari mutu. Mutu proses dan mutu hasil. Sebuah lembaga pendidikan adalah penyedia layanan pendidikan bagi masyarakat. Tentu layanan pendidikan yang bermutu. Jika kita menoleh kedunia “lain”, mutu sudah menjadi sebuah jargon wajib. Kita dapat menyaksikan bagaimana sebuah perusahaan menggenjot organisasi mereka untuk menghasilkan produk bermutu, proses layanan yang bermutu dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan mereka. Seluruh sumber daya dimanfaatkan sedemikian rupa, melakukan terobosan layanan dan inovasi yang tidak berhenti, semata-mata untuk memebrikan kepuasan bagi pelanggan mereka.

Dalam beberapa dekade terakhir ini, mutu menjadi sebuah istilah populer bagi sebuah organisasi. Bukan hanya organisasi profit, tetapi organisasi non profit sekalipun. Meskipun sepertinya, organisasi profit, seperti organisasi bisnis lebih menampakkan hasil dalam pencapaian mutu. istilah beragam kemudian lahir menyertainya seperti TQM (Total Quality Manajemen) Quality assurance, terhadap sebuah produk barang dan jasa.

Kesuksesan sebuah perusahaan bisnis mendongkrak mutu produk mereka bukanlah sebuah pekerjaan singkat. Sebuah perencanaan matang serta strategi mendahuluinya. Semuanya mengarah pada pemenuhan kebutuhan pelanggan. Ukuran pokok pada akhirnya dipahami pada tingkat kepuasan pelanggan. Disini pula melahirkan model-model pelayanan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Banyak variabel yang menyertainya. Mulai dari sumber daya manusia, kualitas produknya, kinerja pegawai dan beragam sub variabel lainnya. Termasuk didalamnya adalah etika interaksi antara pemberi layanan dan penerima layanan.

Bagaimana dengan dunia pendidikan kita? Dalam banyak bidang, tuntutan masyarakat beriringan dengan tuntutan kualitas. Mutu pendidikan juga demikian. Masyarakat menghendaki adanya peningkatan mutu dari proses dan hasil out put pendidikan kita. Beragam kebijakan ditempuh pemerintah, mulai dari peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan, melakukan inovasi pembelajaran, meningkatkan kualifikasi kompetensi guru, dan berusaha memetakan kelemahan-kelemahan pendidikan kita. Ini bukan tanpa hasil, meskipun secara umum belum menggembirakan.

Masih banyak muncul pertanyaan besar, tentang letak persoalan pokok pendidikan kita. Kurikulum, metode pembeljaran, infrastruktur pendidikan, minat danmind set masyarakat tentang pendidikan menjadi bagian-bagian yang banyak mendapat sorotan. Termasuk kualifikasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Penetapan Sistem penjaminan mutu pendidikan juga telah dirumuskan, hingga menetapkan 8 standar Nasional Pendidikan sebagai standar minimum pengelolaan pendidikan. Tapi sekali lagi ini bukan tanpa hasil. Meskipun belum menunjukkan hal yang menggembirakan.

Berdasarkan data mentah, hasil based line sebuah lembaga non government menyebutkan bahwa masih sekitar 25% – 45% lembaga pendidikan kita memiliki kualifikasi sesuai dengan standar minimum yang ditetapkan BSNP. Artinya masih banyak lembaga pendidikan baru memenuhi kualifikasi minimum yang ditetapkan pemerintah. Sebuah tuntutan berat untuk mendorong lembaga pendidikan kita untuk mengelola pendidikan secara lebih bermutu.

Wallahuallam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *