Digital Imigran dan Digital Natif

Prediksi bahwa di tahun 2025 kurang lebih 80% penduduk Indonesia telah terhubung didunia maya boleh jadi dapat diwujudkan. Artinya kehadiran secara fisik seseorang pada saat berinteraksi sudah semakin sedikit . Masyarakat Digital imigran dan masyarakat digital natif menjadi pembeda dalam membentuk pola baru dalam interaksi sosial antara individu dan kelompok di era digital yang tidak terhindarkan lagi.

Mungkin saja seseorang sekarang ini merasa tak percaya diri jika tidak memegang smartphone. Bahkan kadangkala seperti dunia tak punya arti apa-apa jika tanpa smartphone, tanpa jaringan internet (tanpa kuota internet apalagi). Kondisi ini menjadi salah satu determinasi dalam merubah prilaku seseorang dalam bertindak, atau dalam membangun interaksi dengan lingkungannya. Ada degradasi dan penurunan kuatitas interaksi secara langsung dengan orang lain. Shaw menegaskan bahwa terbangunnya interaksi sosial berbentuk pertukaran antar pribadi untuk menunjukan prilakunya dengan maksud untuk saling mempengaruhi.

Kondisi tersebut berubah di era digital. Era digital sudah ditandai dengan mengaburnya batas-batas teritorial seseorang dalam melakukan interaksi sosial di dunia maya, bahkan kadang-kadang merampas dunia privasi seseorang tanpa sengaja. Dunia digital yang tidak mengenal batas (borderless) turut mengaburkan identitas, kemampuan dan prilaku seseorang dimata orang lain. Kadang-kadang orang cerdas tampak bodoh, demikian pula sebaliknya. Dan bahkan kehadiran seseorang secara digital sudah mewakili kehadiran secara fisik pada saat membangun interaksi sosial. Perbedaan antara dunia maya dengan dunia nyata saat sudah semakin kabur.

Kondisi tersebut mengharuskan setiap orang memiliki kualifikasi melek teknologi yang tinggi sehingga dapat menekan efek negatif yang ditimbulkan dari pola interaksi sosial tersebut. Perlu diketahui bahwa pada dasarnya kulifikasi masyarkat digital kita terdiri atas masyarakat digital imigran dan masyarakat digital natif. Keduanya dibedakan dari masa atau waktu seseorang mengenal dan memanfaatkan ICT. Masyarakat Digital imigran adalah orang yang lahir dari sebelum era digital, sementara digital natif adalah orang yang lahir dalam kondisi era digitalisasi sudah terjadi. Kedua kelompok ini akan menjadi variabel pembeda dalam memanfaatkan device dan tool ICT.

Kadangkala masyarakat Digital imigran lebih condong memanfaatkan ICT terpola pada kebutuhannya yang urgen meskipun beberapa dapat memperoleh kebutuhan seperti hiburan atau hobbi mereka. Sementara masyarakat digital natif lebih condong pada pemenuhan kebutuhan hiburan, meskipun beberapa dapat melakukan hal-hal yang dapat membekali diri untuk masa depan seperti membangun web, mencari informasi pengetahuan, dan atau menyebarkan imformasi digital yang positif. Meskipun disatu sisi generasi natif ini menjadi produsen informasi digital yang lebih banyak persentasiya dibandingkan generasi imigran.

Wallahuallam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *