Dominasi Pria terhadap Wanita?
Tidak ada satu bidang lain dimana gagasan tentang peranan wanita memperlihatkan pertentangan yang begitu kelas seperti dalam kasus perdagangan pasar. Dalam konteks negara-negara Arab dan Negara yang beragama hindu, gagasan tentang keterlibatan wanita dalam perdagangan merupakan sutatu hal yang tabu Wanita-wanita Hindu dan Arab bukan saja tidak terlibat dalam jual beli di Pasar akan tetapi mereka juga merupakan klelompok minoritas dalam berbelanja karena dilakukan oleh lebih banyak kaum pria dari mereka. Dikalangan orang Afrika dan kebanyakan orang Asia Tenggara justru sebaliknyam, bahwa sebagian besar pedagang,penjual maupun pebeli dilakuakn dan diserahkan sepenuhnya kepada wanita. Terdapat perbedaan menolok antara peranan kaum wanita dan kaum pria dalam perdagangan diberbagai belahan duni. Setengah dari tenaga kerja dalam bidang perdagangan adalah waita. Di banyak negara Afrika, dan kurang satu persen di negara-negara Arab.
Wanita atas Pria dalam Perdagangan
Peranan kecil yang dipegang oleh wanita dalam perdagangan terakhir ini adalah konsistensi engan polaperdagangan tradisional di Cina. Sebelum revolusi komunis, hanya 7 persen dari angkatan kerja dalam perdagangan adalah wanita. Termasuk diIndis, pedagang dipegang oleh kaum pria. Di indonesia tingkat perbedaan regional dari wanita yang berperan serta dalam perdagangan pasar lebih besar dari pada di negara india. Akan tetapi garis pemisah disini lebih merupakan antara Timur dan Barat dari pada Utara-Selatan seperti India. Di sumatera 15 % angaktan kerja pedagang adalah wanita. Dengan demikian dapa disebutkan bahwa di Negara Bagian Timur dan Asia adalah merupaan negara dengan pola perdagangan pasar yang dilakuakkan oleh wanita.
Di Amerika Latin pola kebudayaan yang berlainan dengan hal tersebut terermin dalam sikap yang menetang kaum wanita dalam berperan pada proses perdagangan. Di beberapa negara yang penduduknya dominan negro dan Indian, lebih banyak wanita yang berdagang dibandingkan dengan pria. Sedangkan negfara-negara doi [antai Atlantik, dimana pengaruh Arab di bawa oleh kaum elite Spanyol telah menyusup lebih dalam, wanita hanya mewakili 10 persen dalam perdagangan. Amerika Latin berbeda dari negara berkembang lainnya karena memiliki sektor perdagangan yang lebih modern dan besar yang mempekerjakan pramuniaga pria dan wanita. Diluar Amerika Latin kebanyakan wanita yang bekerja disektor perdagangan, merupakan pedagang bebas, hanya suatu minoritas, dan bahkan menjai kelompok yang sangat minoritas, bekerja dengan mendapatkan upah atau membantu keluarga.
Persoalannya kemudian adalah mengapa dibeberapa daerah perdagangana dikuasai oleh wanita, sementara di daerah lainnya justru lebih didominasi oleh kaum pria. Dengan mengetahui apa yang dijual oleh wanita pertanyaan ini akan terjawab. Hal tersebut disebabkan paa daerah yang perdagangannya didominasi oleh wanita karena jenis barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan wanita. Sementara barang yang dijual pada perdagangan yang didominasi oleh pria adalah barang seperti hasil pertanian, buah-buahan, sayur-sayuran dan sebagainya.
Pria pada umumnya menganggap rendah pekerjaan yang pernah dan dilakukaan oleh kaum wanita. Hal tersebut yang meyebabkan terkadang pola perdagangan yang terjadi adalah polaperdagangan dimana sebagian dilakukan oleh pria dan sebagian yang lain dilakukan oleh wanita. Pada negara Afrika Timur bahwa pendatang-p[endatang India atau Arab dan wanita setempat bekerja bersama termasuk wanita-eanita yang ada di indonesia.. Pada tingkat perkembangan tertentu maka para pedagang imigran lebih cenderung melakukan hal tersebut jika penduduk setempat menganggap bahwa pekerjaan tersebut adalah merupakan pekerjaan pria.
Pada kesimpulannya bahwa jumlah pedagang waita dan pria sangat tergantung pada apa yang menjadi kebiasaan pada masyarakat tertentu. Jika ada anggapan bahwa pekerjaan perdagangan itu adalah merupakan pekerjaan perempuan atau wanita dan pria menjadi hina bila dikalukan maka para imigran akan mengerjakan pekerjaan tersebut meskipun pendiuduk pribumi menganggap bahwa hal tersebut hina. Pola perdagangan inilah yang terkadang disebut pola perdagangan aneh.